Kamis, 23 April 2009

SIRNANYA AKHLAK KITA

Salah satu fungsi diutusnya nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk menyempurnakan akhlak, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Begitu kata beliau, dan Allah telah memuji betapa agungnya budi pekerti orang yang kita cintai ini
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (al Qolam : 4)


Para ulama menafsirkan ayat diatas dengan “Sungguh Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berada berada pada puncak komitmen dalam beragama”. Maksudnya adalah, akhlak adalah agama dan merupakan cermin kualitas pengamalan beragama. Hal ini di kuatkan oleh sebuah hadis “Orang yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya”.

Demikianlah akhlak rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan begitu pulalah hendaknya akhlak kita. Namun apakah akhlak generasi kita sama dengan akhlak orang-orang pada generasi rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam? Mari kita lihat.

Agaknya akhlak generasi kita sudah mengalami pergeseran nilai yang cukup jauh dari akhlak rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dari hal-hal kecil saja, terlihat jelas perbedaannya.

Kalau rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat sedikit tidur, kita, sedikit-sedikit tidur. Bila rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sering menolong orang yang menzoliminya, tak jarang kita menzolimi orang yang menolong dan membantu kita. Jika akhlak rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah al qur’an, ada di generasi kita orang yang akhlaknya seperi setan (uppss.. Astaghfirullahal a’zim).

Tidak sedikit hal-hal yang dilarang oleh rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, malah digemari oleh orang sekarang. Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, melarang suap, korupsi dan suap menjadi budaya. Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, melarang miras, narkoba dan miras tersebar dimana-mana. Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,mengutuk perzinahan, seks bebas merajalela.

Belum lagi kalau kita melihat di media massa. Dapat dipastikan setiap hari kita di suguhkan dengan acara-acara dan berita-berita yang membuktikan bahwa dekadensi moral sudah sedemikan akut, tidak hanya dilakukan hanya anak-anak muda bahkan orang tua dan hampir semua kalangan mengalami pergesaran nilai-nilai akhlak

Wajar kiranya bila jauh-jauh hari Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu telah mensinyalir dengan perkataannya “Sungguh kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang menurut pandangan kalian lebih ringan dari pada rambut, padahal kami pada zaman rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya seseuatu yang membinasakan”. (HR. Ahmad)

Tak ada asap kalau tak ada api, begitu kata pepatah. Berati terjadinya kebobrokan etika, dekadensi moral dan sirnanya akhlak kita pasti ada penyebabnya. Tapi apa??, mari kita cari.

Ternyata pangkal kerusakan akhlak ummat Islam termaktub dalam al qur’an surat maryam ayat 59
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”.

Ya, jelaslah bagi kita bahwa pangkal kerusakan akhlak dan kesesatan yang menimpa ummat islam adalah

1. Menyia-nyiakan shalat
Menyia-nyiakan shalat dengan segala perngertiannaya mencakup, meninggalkan shalat secara keseluruhan, meninggalkan sahlat sebagian, melaksanakan shalat tapi selalu menunda-nundanya, melaksanakan shalat namun tidak menjaga syarat rukunnya atau melaksanakan shalat tapi tidak khusuk.

Fenomena diatas hampir semuanya ada pada ummat islam saat ini, khususnya di Indonesia. Padahal shalat adalah tiang agama dan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Dan ketika seorang muslim mendirikan shalatnya dengan baik dan benar, secara otomatis hal itu dapat mencegah prilaku buruknya.
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Ankabut : 45)

2. Memperturutkan hawa nafsu
Disamping menyia-nyiakan shalat, memperturutkan hawa nafsu adalah salah satu penyebab sirnanya akhlak kita. Dapat dipastikan semua kemaksiatan dan dekadensi moral yang terjadi disebabkan pelakunya memperturutkan hawa nafsunya.

Al qur’an menggambarkan, memperturutkan kemauan syahwat dan hawa nafsu identik dengan menjadikannya seperti tuhan yang disembah,
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”.
[1384]. Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.

Dalam sebuah hadis disebutkan “Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati. Sedang orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah" (HR. Ahmad). Termasuk orang yang manakah kita?
Wallahua’lam
Syafri Delon Arifin, Lc

Tidak ada komentar: